Wed. Nov 19th, 2025

Habitat Langka Badak Jawa

Taman Nasional Ujung Kulon: Habitat Langka Badak Jawa

Di ujung barat Pulau Jawa, Taman Nasional Ujung Kulon membentang seluas 120.551 hektar—rumah terakhir badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), satwa paling langka di dunia. Hanya 76 ekor tersisa (data 2024), seluruhnya hidup di semenanjung ini. Ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO tahun 1991, Ujung Kulon adalah benteng terakhir melawan kepunahan, dikelilingi Samudra Hindia, Selat Sunda, dan hutan hujan tropis yang masih perawan.

Pintu masuk utama, Tamanjaya, menyambut dengan aroma getah damar dan suara rusa bawean yang menggonggong. Dari sini, perjalanan dimulai menuju Cibunar atau Cidaon, padang rumput terbuka tempat badak sering muncul saat senja. Ranger memandu dengan teleskop; jejak kaki berdiameter 25 cm dan tumpukan kotoran berbau amonia menjadi petunjuk. Badak Jawa pemalu, jantan bertanduk pendek, betina tanpa tanduk, berat hingga 2.300 kg. Mereka mandi lumpur di wallower untuk mengusir parasit—pemandangan yang kini hanya bisa disaksikan di sini.

Keajaiban tak terbatas di darat. Pulau Peucang, 30 menit naik perahu dari Sumatra, menawarkan pantai putih dan terumbu karang kelas dunia. Berenang bersama penyu sisik, melihat banteng Jawa (Bos javanicus) yang berjemur, atau mendaki Gunung Honje (620 m) untuk panorama 360°: Krakatau Anak mengepul di kejauhan, mengingatkan letusan 1883 yang membentuk lanskap ini. Di Cigenter, kano menyusuri sungai hijau; buaya muara dan macan tutul Jawa mengintip dari balik akar bakau.

Budaya Banten menyelimuti petualangan. Kampung Cegog menyuguhkan debus—atraksi menusuk badan tanpa luka—dan tarian rudat yang menceritakan perjuangan melawan penjajah. Masyarakat adat memandang badak sebagai “Ki Bajul Ireng”, penjaga hutan yang membawa kesuburan. Legenda menyebut badak lahir dari air mata putri raja yang dikutuk—cerita yang masih dipercaya hingga kini.

Ancaman nyata mengintai. Arenga pinanga, palem endemik, menyerbu padang rumput, menggusur makanan badak. Perburuan tanduk (di pasar gelap hingga Rp1,5 miliar/kg) dan penyakit dari ternak liar mempercepat penurunan. Pemerintah meluncurkan Rhino Protection Unit (RPU): 40 ranger bersenjata patroli 24 jam, dipandu drone dan kamera jebak. Program “Java Rhino Sanctuary” di Cibunar memperluas habitat dengan menanam 10.000 pohon pakan setiap tahun.

Mengunjungi Ujung Kulon adalah menyaksikan perjuangan hidup. Setiap jejak badak di lumpur, setiap hembusan angin laut, adalah pengingat: kita adalah penjaga terakhir spesies yang selamat dari es dan letusan. Di sini, dinosaurus berbelalai masih berjalan—dan masa depannya ada di tangan kita.

By admin

Related Post