Pulau Komodo: Rumah Sang Naga Purba yang Menakjubkan
Di ujung barat Nusa Tenggara Timur, Pulau Komodo bertahta sebagai rumah satu-satunya naga hidup di Bumi: komodo (Varanus komodoensis). Makhluk purba ini, panjang hingga 3 meter dan berbobot 70-90 kg, adalah kadal terbesar di dunia. Ditemukan tahun 1910 oleh ilmuwan Belanda, komodo langsung memukau dunia dengan lidah bercabang, air liur beracun, dan gigitan mematikan. Pulau ini, bersama Rinca, Padar, dan 26 pulau kecil lainnya, membentuk Taman Nasional Komodo—situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1991.
Mendarat di Loh Liang, pintu masuk utama, pengunjung disambut aroma laut dan tanah kering khas sabana. Ranger bersenjata tongkat bercabang memandu trekking: rute pendek 2 km, menengah 4 km, atau panjang hingga puncak Gunung Ara (735 m). Di jalur, komodo sering terlihat berjemur atau mengintai rusa—mangsa favoritnya. Jantan dominan bisa memangsa anaknya sendiri; kanibalisme adalah hukum alam di sini. Namun, jangan takut: serangan pada manusia sangat jarang, terakhir tercatat tahun 1974.
Keajaiban tak berhenti di darat. Pink Beach, satu dari tujuh pantai merah muda di dunia, memukau dengan pasirnya yang berasal dari serpihan karang merah Foraminifera. Berenang di air jernih, Anda bertemu ratusan spesies ikan karang, pari manta, dan—if beruntung—hiu karang. Di Gili Lawa, bukit savana emas bertemu teluk biru turkis, menciptakan panorama seperti lukisan hidup. Naik kapal pinisi saat senja, siluet komodo di tepi pantai menjadi penutup epik.
Budaya lokal Manggarai menambah pesona. Kampung Komodo di pulau utama menawarkan tarian caci—pertarungan cambuk tradisional—dan anyaman tenun ikat motif naga. Penduduk hidup harmonis dengan “ora”, sebutan lokal untuk komodo, yang dianggap penjaga pulau. Legenda menyebut komodo lahir dari putri manusia yang kawin dengan naga—cerita yang diabadikan dalam ukiran kayu.
Namun, ancaman nyata mengintai. Perburuan rusa (mangsa utama) dan perdagangan kulit mengurangi populasi komodo dari 5.000 menjadi sekitar 3.000 ekor. Perubahan iklim dan pariwisata massal memperburuk erosi pantai. Pemerintah menutup pulau utama tahun 2020 untuk rehabilitasi, lalu membuka kembali dengan kuota ketat: maksimal 150.000 pengunjung per tahun.
Mengunjungi Pulau Komodo adalah menyaksikan evolusi berjalan. Di sini, dinosaurus tak pernah punah. Setiap langkah di tanah merah, setiap hembusan angin laut, mengingatkan: kita hanyalah tamu di kerajaan naga purba yang masih berkuasa.